At last

Author: Benn /

Ternyata kita lulus semua guys.. apa yang mo kita rencanakan di kemudiann hari? kita semua pencar.. blog ini juga udh gak bakal lama lagi non aktif. rindu rasanya pengen aktif blogging lagi.

-Ben

Yo yo yo

kita buat blog baru!

pindah haluan...

www.axel7th.blogspot.com

YANG MAU JOIN POSTING COMEN DI SINI.....

hahaha :)

Author: natasha:p /

mari kita langgar larangan pa anton :PP

okee kawan masi inget kejadian2 kocak di kelas ? (dari les kamren ya jo, bay, cap )
ini yg gua inget doangg .

1.wktu lgyy pidato ingg, suara ben tba2 melenging kyk seriosa
2.waktu mason mau drama keluar ingus dan itu sangat memalukan ato kocak ?hehe
3.waktu sw jatoo dari kursi, tampang ny itu ga nahan
4.waktu lebay gua kagetin mukanya juga ga nahan
5.wktu lebay jatoo di tangga tanpa ada yg senggol
6.waktu ongg nangis yg gara2 hape ny dia itu
7.teruss ?give me an idea ?haha kalo ada yg inget lagyyy kasi tau ya !biar makin bnyk yg aneh2 .hehe .

taon dpan kan kita uda pada pisa .ckck .moga2 tuh 6 kenangan di atas ga ilang ya ,AMIN !gua harap si gitu, trus kita reuni kecil2an gtu seering2 .mauu ?hehehe ;p

tashaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa :))

Sebuah Pensil

Author: Phie-Norgus /

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? Atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.”
“Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti” ujar si nenek lagi.
Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab,”Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini.”
“Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.”
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

“Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu hangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.

“Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan embuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

“Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap pada jalan yang benar”.

“Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalu berhati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

“Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu, selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”.

(hasil kutipan)

phie-norgus

Piano

Author: Phie-Norgus /

Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.

Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukkan, untuk dirinya dan anaknya.

Pada hari pertunjukkan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan anaknya, ia menyelinap pergi.

Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia leih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukkan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.

Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle twinkle liitle star.

Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang erada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergerak naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teluskah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.

Sang pianis lalu duduk, di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.

etika mereka berud selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

(hasil kutipan)

-phie_norgus-